yourmail@domain.com +1234567890 242 West Main street, Ohio

Ini Trik Menulis Feature News

Menulis feature news

Edisi sebelumnya, Tuan Guru mengulas tips menulis straight news di Ruang Vokasi UPT SMK Negeri 1 Parepare, Sulawesi Selatan.

Kali ini, Tuan Guru ingin berbagi tips menulis feature news atau jurnalisme bertutur di kelas yang sama.
 
Model tulisan ini dikemas bercerita, dilengkapi diskripsi, serta urutan peristiwa secara runut dari sebuah peristiwa.

Bagi Tuan Guru, menulis feature news sama menulis straight news, mengandung unsur what (apa yang terjadi), where (di mana peristiwa terjadi), when (kapan peristiwa terjadi).

Why (kenapa bisa terjadi), who (siapa yang terlibat dalam peristiwa itu), dan how (bagaimana runtutan detail atau kronologi kejadian, serta dampak.

Bedanya tulisan feature news dikemas mengisahkan, bertutur atau menceritakan peristiwa secara detail yang dibumbui “drama”.

Selain itu, kisahanya sedikit dramatis dan mengandung opini atau interpretasi subjektif dari penulisnya.

“Jadi bisa saja pandangan atau opini penulisnya masuk dong Pak,” peserta.

“Iya, jadi feature news itu memungkinkan penulis menciptakan sebuah cerita, tetapi akurasi tetap nomor wahid,” jawab Tuan Guru.

“Feature news itu karya jurnalistik yang ditulis berdasarkan fakta. Isu ditulis feature news harus aktual, meski melibatkan emosional, mengemas dengan berkisah, dan menyajikan secara akurat,” urai Tuan Guru.

Feature news bukan fiksi atau cerita rekaan dan khayalan. Tuan Guru yakin wartawan atau penulis tidak akan menipu pembacanya.

Pada tulisan feature news memungkinkan wartawan emosional yang bisa menyentuh hati pembaca. Tulisan ini, disebut human interest.

Kisah human interes sulit ditemukan dalam tulisan berita biasa. Keterlibatan emosional membuat feature news enak dibaca.

Penulisan feature news, menggunakan teknik mengisahkan sebuah peristiwa dengan gaya bertutur atau berkisah. Feature news biasa disebut jurnalisme bertutur dan jurnalisme naratif.
 
Cerita yang dikisahkan dalam feature news harus akurat. Jangan menyesatkan pembaca gegara tak akurat.

Di awal diskusi di kelas menulis berita dan artikel, peserta masih bingung tegang dan kaku.
Tapi setelah mengikuti materi, mereka mulai berbagi cerita, sesekali meminta tips khusus menulis berita.

“Saya hobinya sepeda. Apakah bisa dibuat cerita berskisah,” curhat peserta.

“Bisa. Cerita pengalaman bersepeda dan manfaat dirasakan selama mangayun sepeda, bisa dituangkan dalam cerita bertutur,” jawab Tuan Guru.

Tuan Guru bersyukur, SMK Negeri 1 Parepare, memiliki Media Vokasi. Media ini bisa dijadikan wadah merawat dan budaya literasi bagi guru dan anak didik.(*)

Leave a Reply